"Dee tuh jangan dimanja. Apa2 diturutin melulu"
"Lho? Dee ngapain ngambil jurusan itu?";"Tau tuh. Anaknya maunya begitu".
"Mama shi kalo si Dee apa-apa diturutin"
"kerjaannya tidur, bangun, trus tidur lagi. Males banget jadi orang"
"ya pilihan orang kan beda-beda";"gue heran lho. Dia kan orang Indonesia, ngapain juga belajar sastra Indonesia (tertawa)"
"gw gak suka. Malah dipaksa. Jadinya ya kayak gitu. Jangan nyalahin gue melulu donk"
"Dee mah gak bisa masak"
"gapapa lo masuk sastra Jerman. ntar gue dapet gelar S2, lo baru dapet gelar S1 (tertawa)"
"yauda. Kalo lo mau enam tahun mah enam tahun aja"
"habis dia orangnya kayak gitu. Ya mending Wina kemana2 lah. Ga boleh yang kayak gitu thu".
"kalo kamu maunya itu, kamu beli aja ntar sendiri. Kamu buat apa shi kayak begituan?"
Hanya terima kasih.
Persaudaraan.
Apa yang menjadi tolak ukurnya?
"tinggal satu tahun lagi. Pembuktian kalau semesta memang mendukung aku. Tinggal satu tahun lagi, mulut yang terkunci akan terbebas dari gemboknya. Memuntahkan lava kebenaran. Menghabisi seluruh tipu daya yang dilewati yang telah dikonstruksi selama belasan tahun. Sampai saat itu tiba, tidak akan digubris apapun yang kamu konstruksi dari lidahmu".
"yang satu memarahi. yang satu menertawakan." Kamu menangis. Mungkinkah kamu tidak mengerti semua ucapan yang kamu ucapkan? Pernahkah mengubah sudut pandangmu menjadi aku? Menjadi dia? Menjadi mereka? Apa yang mereka lakukan terhadapmu sekarang adalah apa yang kamu lakukan terhadap mereka dahulu. Tidak. Aku bukan berbicara mengenai karma. Kamu hanya perlu memahami. Ini bukan "dunia-aku". Tidak salah menjadi siapa kamu yang sebenarnya. Tapi beratkah mencoba menjadi mereka untuk sejenak? Hanya sekedar memahami dan menghormati kalau kamu hidup di dunia plural yang menuntut kamu untuk tidak selamanya menjadi dirimu sendiri. Yang menuntut kamu untuk tidak egois. Tahukah kamu apa yang paling disukai iblis terkutuk di neraka lapis ketujuh? Orang-orang seperti kamu. Yang hanya mengenal "dunia-aku", yang menimbulkan kesengsaraan batin jika dituruti.
Tidak selamanya kamu bisa menjadi dirimu sejati. Ini bukan "dunia-aku".
Pernahkah memahami dalam dan tajamnya luka yang kamu tattoo jauh di bawah permukaan kulitku.
aku masih menunggu. Sendiri. Dalam keremangan realita. Sampai saat itu tiba, tidak akan digubris apapun yang kamu konstruksi dari lidahmu. Agustus 2012.
***
thanks. For making me more creative. For making me believe that God has his own way to accede all my wishes. For letting me know that the universe lend me its support.
Continue >>>
"Lho? Dee ngapain ngambil jurusan itu?";"Tau tuh. Anaknya maunya begitu".
"Mama shi kalo si Dee apa-apa diturutin"
"kerjaannya tidur, bangun, trus tidur lagi. Males banget jadi orang"
"ya pilihan orang kan beda-beda";"gue heran lho. Dia kan orang Indonesia, ngapain juga belajar sastra Indonesia (tertawa)"
"gw gak suka. Malah dipaksa. Jadinya ya kayak gitu. Jangan nyalahin gue melulu donk"
"Dee mah gak bisa masak"
"gapapa lo masuk sastra Jerman. ntar gue dapet gelar S2, lo baru dapet gelar S1 (tertawa)"
"yauda. Kalo lo mau enam tahun mah enam tahun aja"
"habis dia orangnya kayak gitu. Ya mending Wina kemana2 lah. Ga boleh yang kayak gitu thu".
"kalo kamu maunya itu, kamu beli aja ntar sendiri. Kamu buat apa shi kayak begituan?"
Hanya terima kasih.
Persaudaraan.
Apa yang menjadi tolak ukurnya?
"tinggal satu tahun lagi. Pembuktian kalau semesta memang mendukung aku. Tinggal satu tahun lagi, mulut yang terkunci akan terbebas dari gemboknya. Memuntahkan lava kebenaran. Menghabisi seluruh tipu daya yang dilewati yang telah dikonstruksi selama belasan tahun. Sampai saat itu tiba, tidak akan digubris apapun yang kamu konstruksi dari lidahmu".
"yang satu memarahi. yang satu menertawakan." Kamu menangis. Mungkinkah kamu tidak mengerti semua ucapan yang kamu ucapkan? Pernahkah mengubah sudut pandangmu menjadi aku? Menjadi dia? Menjadi mereka? Apa yang mereka lakukan terhadapmu sekarang adalah apa yang kamu lakukan terhadap mereka dahulu. Tidak. Aku bukan berbicara mengenai karma. Kamu hanya perlu memahami. Ini bukan "dunia-aku". Tidak salah menjadi siapa kamu yang sebenarnya. Tapi beratkah mencoba menjadi mereka untuk sejenak? Hanya sekedar memahami dan menghormati kalau kamu hidup di dunia plural yang menuntut kamu untuk tidak selamanya menjadi dirimu sendiri. Yang menuntut kamu untuk tidak egois. Tahukah kamu apa yang paling disukai iblis terkutuk di neraka lapis ketujuh? Orang-orang seperti kamu. Yang hanya mengenal "dunia-aku", yang menimbulkan kesengsaraan batin jika dituruti.
Tidak selamanya kamu bisa menjadi dirimu sejati. Ini bukan "dunia-aku".
Pernahkah memahami dalam dan tajamnya luka yang kamu tattoo jauh di bawah permukaan kulitku.
aku masih menunggu. Sendiri. Dalam keremangan realita. Sampai saat itu tiba, tidak akan digubris apapun yang kamu konstruksi dari lidahmu. Agustus 2012.
***
thanks. For making me more creative. For making me believe that God has his own way to accede all my wishes. For letting me know that the universe lend me its support.